Selasa, 10 April 2012

Pelabuhan Gilimanuk


Gilimanuk di kabupaten Jembrana merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Bali, yang menghubungkan antara pulau Jawa dan Bali.
Gilimanuk sehari-harinya dilintasi ribuan orang baik yang dari Bali ke Jawa ataupun sebaliknya. Pelabuhan ini meghubungkan ke pelabuhan Ketapang di Banyuwangi.
Saat-saat seperti liburan Lebaran misalnya, pelabuhan ini menjadi pusat perhatian, karena diperkirakan ratusan ribu orang yang keluar begitu juga yang masuk ke Bali.
Pelabuhan ini dapat dicapai dalam kurang lebih 4 jam perjalanan dari Denpasar atau Kuta. Bus-bus antar provinsi seperti Lorena, Keramat Jati dsb menyediakan transportasi dari dan ke Jawa.

Pelabuhan Padangbai


Padang Bai terletak di desa Padang Bai, termasuk di dalam wilayah Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Padang Bai berlokasi di pantai di antara jalan raya jurusan Klungkung menuju Karangasem di mana sebelum kawasan wisata Candi Dasa terdapat pertigaan lampu merah kemudian membelok ke kanan. Untuk menuju pantai tersebut dari ibukota Denpasar berjarak sekitar 53 km ke arah jurusan Amlapura dan jarak antara Padang Bai ke Amlapura berkisar lebih kurang 30 km.

Padang Bai merupakan kawasan pelabuhan laut untuk wilayah Bali Timur yang digunakan sebagai pelabuhan penyeberangan ke Lombok. Selain itu, pelabuhan ini juga menjadi tempat berlabuhnya para wisatawan yang berkunjung ke Bali melalui lautan yang diangkut oleh kapal-kapal pesiar besar yang hanya berlabuh di Labuhan Amuk. Yang paling menarik di kawasan Padang Bai adalah tempatnya yang terlindung pada suatu teluk dengan batu-batu karangnya sehingga kehidupan bawah airnya menjadi aman. Pada bagian timur dari areal pelabuhan Padang Bai terdapat sebuah pantai yang pada saat ini menjadi kawasan wisata pantai yang cukup ramai dikunjungi oleh para wisatawan khususnya wisatawan mancanegara. Di kalangan wisatawan, kawasan pantai ini dikenal dengan nama Pantai Blue Lagoon.

Pada umumnya wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Pantai Blue Lagoon karena mereka dapat menikmati keindahan alam yang tenang dengan perpaduan antara alam perbukitan dengan panorama laut yang membiru serta dapat langsung menyaksikan aktivitas penduduk sekitarnya yang umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Selain pemandangan laut yang membiru dan menawan, Pantai Blue Lagoon juga memiliki pasir pantai yang berwarna putih bersih dan tebal sehingga banyak wisatawan yang memanfaatkannya untuk berenang di laut atau berjemur di pantai. Aktivitas lain yang dapat dilakukan wisatawan antara lain diving dan snorkeling karena laut yang berada di sebelah timur dari pelabuhan Padang Bai terdapat banyak ikan-ikan hias tropis dengan karang-karangnya yang indah.

Selain berfungsi sebagai pelabuhan, Padang Bai juga merupakan kawasan wisata sehingga untuk menunjang sarana dan prasarananya sudah tersedia. Kini sudah ada beberapa buah fasilitas akomodasi dan rumah makan yang diperuntukkan bagi para wisatawan yang ingin menikmati liburannya, maupun untuk wisatawan yang akan menyeberang ke Lombok atau yang baru datang dari Lombok. Untuk keperluan penyeberangan ke Lombok tersedia kapal ferry yang siap melayani wisatawan atau orang-orang dalam 4 kali penyeberangan dalam sehari. Selain itu, bagi para wisatawan yang akan menikmati wisata air di kawasan pantai Blue Lagoon tersedia pula jukung-jukung penduduk setempat atau boat yang dapat disewa.

Berdasarkan sejarah, nama Padang Bai sebelumnya adalah Teluk Padang yang merupakan sebuah teluk yang aman terlindung dan sejak dahulu sudah digunakan sebagai pelabuhan kapal-kapal laut. Pergantian nama Teluk Padang menjadi Padang Bai terjadi pada masa penjajahan Belanda dan karena pengaruh bahasa Belanda, maka Teluk Padang lama kelamaan berubah nama menjadi Padang Bai (teluk) dan hingga sekarang daerah tersebut dinamakan Padang Bai. Di atas bukit di bagian sebelah timur pantai Padang Bai terdapat dua buah pura Dang Kahyangan. Pura yang berada di sebelah utara adalah Pura Silayukti yang dibangun oleh Mpu Kuturan sekitar abad ke-11, di mana beliau saat itu melakukan perjalanan suci di Bali. Mpu Kuturan adalah seorang pendeta yang sangat besar jasanya dalam mengatur tata keagamaan Hindu di pulau Bali. Ajaran-ajaran beliau hingga sekarang ini masih tetap ditaati dan dilaksanakan oleh setiap umat Hindu di Bali. Hari piodalan di Pura Silayukti dilaksanakan setiap hari Buda Kliwon Pahang, di mana pada hari itu seluruh umat Hindu akan datang untuk bersembahyang di Pura Silayukti. Sedangkan pura yang berada di sebelah selatan dari Pura Silayukti adalah Pura Tanjung Sari yang didirikan oleh Mpu Bharada, adik bungsu dari Mpu Kuturan. Hari piodalan dari Pura Tanjung Sari dilaksanakan setiap hari Buda Kliwon Matal. Di sebelah barat dari pelabuhan Padang Bai juga terdapat sebuah pura yang bernama Pura Penataran Agung, yang didirikan sekitar abad ke-16 oleh Dang Hyang Nirartha atau Dang Hyang Dwijendra yang lebih dikenal dengan sebutan Pedanda Sakti Wau Rauh dan beliau adalah keturunan dari Mpu Kuturan. Hari piodalan di Pura Penataran Agung dilaksanakan setiap hari Buda Wage Kelau, pada hari itu umat Hindu akan beramai-ramai datang untuk bersembahyang. Selain hari-hari piodalan, di pura-pura tersebut pada hari-hari raya tertentu banyak pula umat Hindu yang datang bersembahyang di ketiga pura tersebut.

Pelabuhan Buleleng


Terletak disebelah pesisir utara kota Singaraja. Di jaman dulu ketika Singaraja sebagai ibu kota dari Nusa Tenggara adalah merupakan pusat pelayaran yang penting.
Keputusan memindahkan ibu kota propinsi Bali dari Bali Utara ke Bali Selatan adalah berdasarkan dibaginya Nusa Tenggara menjadi 3 propinsi, membuat Pelabuhan Buleleng menjadi kurang berfungsi.
Kemerosotan pelabuhan buleleng mencapai puncaknya ketika pembangunan Pelabuhan Celukan Bawang ± 40 km arah Barat Singaraja.
Namun sejak Tahun 2005 bekas Pelabuhan Buleleng ini telah ditata oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng dengan penataan taman serta bekas dermaga kayu yang sudah usang diperbaharui dilengkapi dengan sarana restauran terapung.

Sejarah Pelabuhan Benoa


Pelabuhan Benoa telah mulai diusahakan sejak 1924, berdasarkan Stb. 1924 No. 378, seiring dengan keberadaan bangsa Belanda di Kota Denpasar. Pada awalnya batas daerah kerja dan kepentingan pelabuhan Benoa didasarkan pada gambar peta pelabuhan zaman Belanda yang ditetapkan dalam Staadblad nomor 16 tanggal 8 Januari 1926.
Selanjutnya batas-batas lingkungan kerja pelabuhan dan daerah lingkungan kepentingan Pelabuhan Benoa ditetapkan dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan nomor 15 Tahun 1990/KM.18 Tahun 1990 tanggal 14 Pebruari 1990.[1]
Pada tahun 2010 Pelabuhan Benoa mendapat penghargaan dari Majalah Dream World Cruise Destination sebagai Best Port Welcome.

Pelabuhan Benoa


Pelabuhan Benoa adalah pelabuhan yang terdapat di Kota Denpasar, Provinsi Bali, Indonesia.
Pelabuhan ini merupakan pintu masuk ke Kota Denpasar melalui jalur laut.

Minggu, 18 Maret 2012

Gambar





Pengembangan-pengembangan Airport

Pengembangan fasilitas Bandara dan Keselamatan Penerbangan (FBUKP) Tahap I
Proyek FBUKP tahap I (1990 – 1992)  meliputi Perluasan Terminal yang dilengkapi dengan Aviobridge, perpanjangan landas pacu menjadi 3000 meter, relokasi taxiway, perluasan apron, renovasi dan perluasan gedung terminal, perluasan pelataran parkir kendaraan, pengembangan gedung kargo, gedung operasi serta pengembangan fasilitas navigasi udara dan fasilitas catu bahan bakar pesawat udara.

Pengembangan fasilitas Bandara dan Keselamatan Penerbangan (FBUKP) Tahap II
Proyek FBUKP tahap II (1998-2000), pengembangan bandara dikerjakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, antara lain dengan memanfaatkan hutan bakau seluas 12 Ha untuk digunakan sebagai fasilitas keselamatan penerbangan.

Pengembangan fasilitas Bandara dan Keselamatan Penerbangan (FBUKP) Tahap III
Rencana Proyek FBUKP tahap III meliputi Pengembangan Gedung Terminal, Gedung Parkir, dan Apron. Luas terminal domestik saat ini hanya akan dikembangkan hingga total luasnya mencapai 12.000 m yang nantinya akan digunakan sebagai terminal internasional. Adapun eksisting terminal internasional akan dialihfungsikan menjadi terminal domestic. Dengan kondisi tersebut, Bandara Ngurah Rai akan mampu menampung hingga 25 juta penumpang.